3/30/10

Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional???

Bahasa Indonesia yang juga merupakan sebagai jati diri bangsa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional seperti bahasa Inggris, Spanyol, Perancis dan China, karena sudah dipelajari para murid di puluhan negara.

Kepala Balai Bahasa Medan (BBM), Prof. Amrin Saragih, di Medan, Selasa [25/11] , mengatakan, dewasa ini Bahasa Indonesia telah dipelajari di 58 negara yang membuktikan bahasa Indonesia siap menjadi bahasa internasional.

“Setidaknya 168 institusi dari 58 negara telah mengajarkan Bahasa Indonesai kepada anak didiknya. Ini mereka lakukan sebagai salah satu upaya untuk menyambut perdagangan bebas tahun 2015,” katanya.

Selain itu, sebagai bukti bahwa Bahasa Indonesia sangat diminati bangsa asing, kini ada sekitar 700 orang asing datang langsung ke Indonesai untuk memperdalam keahliannya.

Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof. Khairil Ansari, mengatakan, Bahasa Indonesia bila dirunut sejarahnya berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain ketika dikukuhkan sebagai bahasa nasional.

Saat ini banyak negara di dunia tidak dapat memilih bahasa yang terdapat di dalam negaranya sendiri untuk diangkat menjadi bahasa nasional, bila dipaksakan akan menjadi arena pertumpahan darah sesama mereka sendiri.

Contoh itu dapat dilihat di India, Filipina, Somalia dan negara di Afrika lainnya yang tidak menjadikan bahasa dari negaranya menjadi bahasa nasional, yang pada akhirnya memilih beberapa bahasa yang pemakainya lebih banyak menjadi bahasa resmi di negaranya.

Bahkan ada juga yang langsung memilih bahasa Inggris, Prancis dan Spanyol menjadi bahasa nasionalnya karena kesulitan memilih bahasa yang terdapat di negerinya akibat tidak adanya kesepakatan diantara mereka sendiri.

Melihat perjalanan sejarah yang sangat unik ini, sepantasnya masyarakat Indonesia berbangga hati dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bagian yang melekat pada dirinya




Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain atau lebih. baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar dan sudah menjadi aksioma. Satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh. Bahkan saat tidur pun terkadang kita tanpa sadar menggunakan bahasa.

Sebuah bangsa pasti memiliki bahasa, walaupun ada beberapa bangsa yang meminjam bahasa dari bangsa lain. Kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia sangat beruntung memiliki bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu Riau. Akan tetapi, sekarang bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia, dan bahasa Melayu adalah bahasa Melayu, dua bahasa yang serumpun tapi tidak sama. Bahasa Indonesia berkembang dengan sendirnya sesuai dengan aturannya, dan bahasa Melayu berdiri sendiri menuju perkembangannya. Setujukah Anda bila bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu?

Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia bukanlah bermaksud atau bersikap seperti “kacang yang lupa akan kulitnya”, melupakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Mungkin tanpa bahasa Melayu, bahasa Indonesia tidak akan pernah ada. Akan tetapi, kita ingin memposisikan bahasa Indonesia pada posisinya, seperti yang telah termaktub dalam Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda mengikrarkan tiga hal yang sakral dalam sejarah dan proses kemerdekaan Indonesia, satu diantaranya adalah “Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Menjunjung berarti menurut, menaati dan memuliakan (KBBI). Menjunjung tinggi bahasa Indoensia, berarti menaati dan memuliakan bahasa Indonesia sebagai bahasa peratuan dan nasional Indonesia. Demikianlah sumpah yang diikrarkan oleh pemuda-pemudi bangsa Indonesia pada tahun 1928. Bagaimana dengan pemuda-pemudi Indonesia sekarang??

Melihat kondisi pemakai bahasa Indonesia sekarang, sepertinya cape deh harus menggunakan bahasa Indonesia yang berkelit dan selalu berpedoman kepada yang baik dan benar.

“Yang penting apa yang ingin kita sampaikan orang mengerti dan paham, mau pake bahasa campur aduk kek, saya mau pake bahasa Indonesia campur bahasa Inggris kek,campur lagi dengan bahasa daerah kek, toh yang baca juga paham. Cape deh, please dong jangan diperbesar masalah-masalah kecil kayaki gini”.

Benar dan pantaskah bila kita sebagai pemilik bahasa Indonesia berasumsi demikian? Masyarakat Indonesia pada umumnya dwibahasawan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa seenaknya mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa mengindahkan aturan dan kaidah yang ada. Bersikap positiflah terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa yang kita gunakan menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia. Jepang dan Prancis adalah contoh negara yang sangat taat dan menghargai bahasanya sendiri.

Pernahkah kita berpikir bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa peradaban dunia?

Bukan hal yang mustahil bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa perdaban dunia, bahasa yang digunakan sebagai bahasa internasional. Dilihat dari struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak sulit untuk dipelajari. Suatu bukti yang meyakinkan bila esok bahasa Indonesia akan menjadi bahasa peradaban dunia, lebih dari 50 negara di Dunia telah mempelajari dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai satu diantara mata pelajaran di sekolah mereka. Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia harus banggga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Mengapa kita harus belajar bahasa asing, bila bahasa kita kelak mampu menjadi bahasa Internasional dan bahasa peradaban dunia?

Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada diri kita sebagai pemilik dan pengguna bahasa Indonesia. Kita harus konsisten dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebenarnya tidak sulit, yang membuat sulit karena kita telah terbiasa dengan kesalahan yang ada dan selalu cape’ untuk mempelajarinya dengan segala kerendahan hati. Kita selalu beranggapan, “untuk apa mempelajari bahasa Indonesia, bukankah kita orang Indonesia yang secara otomatis mengerti menggunakan bahasa Indonesia”. Bilamana pendapat ini terus berkembang, pupus sudah harapan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdaban dunia.

Hidup bahasa Indonesia!




Best of the Best (Crème de la Crème)
Alfred Russel Wallace, halaman 20 di Malay Archipelago (buku perjalanan-Nya yang besar tentang enam tahun ia menghabiskan waktu bepergian melalui Hindia Belanda pada pertengahan 1800-an) menulis: "penduduk Malaka didirikan bahasa yang aneh yang diambil dari cara-cara paling elegan berbicara bangsa-bangsa lain, sehingga pada kenyataannya bahasa Melayu yang paling halus, tepat dan merayakan semua Timur. bahasa mereka populer melalui Hindia. "
Huyghen jan van Linschoten dalam Itinerario, laporan tradisi lokal orang Melayu Malaka sesuai dengan yang awal kota tanggal kembali "hanya beberapa tahun" sebelum waktunya (1575-1600 AD). "Tempat pengumpulan berasal dari nelayan dari semua bangsa di tempat tertentu, di mana mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota dan untuk mengembangkan bahasa mereka sendiri, mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di lingkungan. Kota Malaka, karena menguntungkan situasi, menjadi pelabuhan utama di Asia tenggara, bahasanya disebut malay datang untuk dianggap yang paling sopan dan terkuat dari semua bahasa dari Timur Jauh. "
Modern Indonesia berasal dari dialek sastra Old malay, yang merupakan lingua franca Asia Tenggara. Perpecahan besar terjadi pada tahun 1901 ketika Indonesia mengadopsi Van Ophuysen ortografi. Malaysia mengadopsi ortografi Wilkinson pada tahun 1904.
Indo Intl.
Setelah bekerja erat dengan kedua bahasa selama 10 tahun terakhir, itu adalah pendapat pribadi penulis yang bahasa Indonesia adalah lebih cocok selain bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional dunia. Bahasa Indonesia adalah mudah untuk belajar dan masih memiliki akar kata logis keluarga. Ada kesederhanaan dan konsistensi dalam bahasa Indonesia yang tampaknya kurang dalam bahasa Inggris.
Mungkin sudah saatnya untuk mulai mempersiapkan untuk hari ketika bahasa internasional baru akan diadopsi. Saya menyarankan bahwa bahasa Indonesia adalah satu-satunya pengganti logis dan yang bekerja harus dimulai pada versi perbaikan baru yang disebut "Indo Intl". Anda dapat bergabung dengan gerakan untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai dunia bahasa internasional berikutnya dengan membantu untuk menyempurnakan bahasa Indonesia sekarang, yang sangat membutuhkan gender. Bahasa internasional harus memiliki gender. Beri kami pendapat Anda - untuk sebuah awal, harus bahasa Indonesia mengadopsi dan mulai menggunakan kedua kata jender baru - "dialaki & diawa"?
"dialaki" untuk menandai jenis kelamin laki-laki (dia + laki) dialaki = dia, dia, laki-laki
"diawa" untuk menandakan perempuan (dia + wa (nita)) Diaw a = dia, dia, bahwa perempuan contoh Dialaki pergi Medan. = Dia pergi ke Medan
Diawa pergi Jakarta = Dia pergi ke Jakarta
Kata "dia" kemudian akan digunakan ketika jenis kelamin orang yang dimaksud tidak diketahui atau tidak penting. Jika Anda tidak setuju dengan di atas, silakan memberikan saran cara lain untuk menambahkan konsep laki-laki / wanita gender untuk bahasa Indonesia. Website ini bisa menjadi forum informal untuk dilihat pada apakah bahasa Indonesia bisa benar-benar pernah menjadi bahasa internasional. Siapa yang tahu?

Indonesia dipuji sebagai International Language, Lagi


Meskipun relatif mudah dipelajari, bahasa Indonesia hanya bisa menjadi bahasa internasional jika speaker sudah kuat ekonomi dan politik pengaruh di dunia, seorang pakar menyatakan pada hari Senin.

M. Umar Muslim, seorang dosen bahasa Indonesia di Universitas Indonesia, mengatakan bahwa daya tarik belajar bahasa asing ini berakar pada pengaruh ekonomi bahwa pembicara itu, mengutip Cina dan Jepang sebagai contoh, bukan karena bahasa sederhana tata bahasa struktur.

"Bahkan jika bahasa-bahasa yang sulit, banyak orang berpikir bahwa mereka perlu belajar bahasa karena Cina, Jepang atau bahkan Korea telah berpengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi," Umar berkata, mengutip dominasi bahasa Inggris sebagai yang paling banyak digunakan bahasa internasional karena pembicara adalah beberapa yang paling berpengaruh di dunia.

Negara kantor berita Antara melaporkan pada hari Sabtu bahwa Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, berbicara di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, mengatakan bahwa Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi bahasa internasional dengan sederhana tata bahasa dan pengucapan sistem dan akibat pergeseran kekuasaan dari Barat ke Timur, termasuk Indonesia.

"Kekuatan pergeseran dapat dirasakan dalam krisis global yang sedang berlangsung dengan pusat gempa di Amerika Serikat, sedangkan pembangunan ekonomi Indonesia terus meningkat," Bambang seperti dikutip, menambahkan bahwa dalam 50 tahun mendatang Indonesia diperkirakan menjadi salah satu 10 top dunia kekuatan ekonomi.

Kepala kementerian Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Dendy Sugono, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi ke Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, selain dengan tata bahasa yang sederhana sebagaimana telah disebutkan oleh menteri, yaitu sebagai bahasa dengan tertinggi keempat jumlah speaker, termasuk beberapa 225 juta penutur asli dan orang-orang yang telah mengadopsi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.

"Faktor lain adalah abjad Latin, yang membuatnya lebih mudah untuk belajar dibandingkan dengan Cina atau Jepang," Dendy kata.

"Sekarang ada setidaknya 67 negara di dunia yang memiliki bahasa Indonesia dan budaya program studi di perguruan tinggi mereka," Dendy mengatakan, menambahkan bahwa jumlah terbesar dari Indonesia peserta didik sekarang ini terkonsentrasi di Australia, Jepang, Cina dan Korea.

Dia mengatakan bahwa Indonesia adalah mudah untuk belajar karena bahasa itu sendiri telah diadaptasi banyak kata dari bahasa asing untuk ilmu pengetahuan dan teknologi terminologi, 65 persen yang diambil dari bahasa Inggris.

Dendy mengatakan bahwa para pejabat kementerian telah bekerjasama dengan Ain Shams University di Kairo, Mesir, untuk membuka Bahasa Indonesia program studi, dan ada juga telah berbicara untuk membuka program serupa di universitas di Azerbaijan.

"Meningkatnya jumlah pekerja migran Indonesia di berbagai negara bisa membantu untuk menyebarkan penggunaan bahasa di negara-negara lain," kata Dendy.

The Language Center menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 473 bahasa yang berbeda, 206 yang digunakan di provinsi Papua dan Papua Barat.


ingua franca adalah bahasa alternatif yang digunakan untuk berkomunikasi karena kedua penutur tidak saling mengerti bahasa ibu masing-masing.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia I dikatakan bahwa bahasa Indonesia sesungguhnya berasal dari Melayu Riau yang sudah ditambah, diubah, atau dikurangi menurut keperluan zaman. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dua hal yang mengejutkan dan mengembirakan bangsa Indonesia ialah pada World Congress on Malay Language di Kuala Lumpur tahun 1995, Zhou Nanjing dari Peking University menyatakan bahwa bahasa Indonesia atau bahasa Melayu berpeluang menjadi bahasa internasional dan ketika Vietnam mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ke-2. Wow! Suatu penghargaan kepada bangsa Indonesia yang sedang terpuruk ini. Selain itu, pada tahun 1997 Russell Ash menuliskan bahwa bahasa Indonesia pemakai ke-9 terbesar di dunia dalam The Top 10 of Everything. Seharusnya kita menjadi lebih menyadari untuk mengembangkan dan menjaga mutu bahasa Indonesia.
Namun sayangnya, penutur asli bahasa Indonesia justru kurang membusungkan dada akan bahasa resmi negaranya. Sepertinya mereka lebih berbesar hati menggunakan bahasa asing atau bahasa gado-gado dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, bukan hanya merupakan tugas bagi pemerintah (Diknas atau Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Budaya dan Pariwisata, Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Pertahanan) untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009, pasal 44. Peran serta masyarakat juga sangat besar. Ibarat suatu produk akan laku keras di pasar bila permintaan konsumen tinggi, dan produsen akan terus mengembangkan produknya untuk menjaga eksistensinya. Begitu pula halnya dengan bahasa yang merupakan produk kata sebagai alat komunikasi. Bila masyarakat terus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, maka mutu bahasa Indonesia akan meningkat.
Bila dibandingkan dengan negara Malaysia, kita masih kurang tindakan konkrit untuk mengembangkan bahasa nasional kita. Dewan Bahasa Melayu di Malaysia telah mengirimkan novel-novelnya ke-40 negara di dunia. Kita belum mampu karena kurangnya dana dan tidak ada kerja-sama antar departemen. Selain itu, pemerintah Malaysia akan mencabut penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk pelajaran matematika dan sains pada tahun 2012 dan mulai mencanangkan gerakan bahasa melayu di setiap pelajarannya. Hal sebaliknya justru terjadi di Indonesia yang berlomba-lomba untuk menjadi sekolah internasional dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahkan pemerintah mengeluarkan kebijakan English Day. Bayangkan bila generasi selanjutnya terasing dari budayanya sendiri. Sebenarnya hal tersebut tidak salah, asalkan intensitas pembelajaran bahasa Indonesia sama tingginya dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Jangan heran bila fenomena yang terjadi sekarang nilai ujian bahasa asing lebih tinggi dan menjadi pelajaran favorit karena intensitas yang tidak sebanding. Kalau ada English Day, kenapa tidak membuat Hari Bahasa Indonesia yang baik dan benar? Kalau pegawai negeri wajib memiliki nilai TOEFL kenapa juga tidak diwajibkan memiliki nilai UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia)?
Malaysia berambisi untuk menjadi bahasa internasional. Menurut Staf Ahli Menteri Pendidikan Malaysia bahwa bahasa Melayu berpeluang menjadi bahasa internasional, khususnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Alasannya adalah bahwa jumlah penduduk yang menggunakan bahasa Melayu di ASEAN lebih dari 350 juta orang di dunia. Padahal faktanya ialah lebih dari 95% merupakan penutur bahasa Indonesia. Celaka sekali bahasa Indonesia ditempatkan sebagai salah satu dialek bahasa Melayu sehingga dalam berbagai kesempatan pembicaraan mengenai bahasa internasional selalu tertulis bahasa Melayu/Indonesia. Oleh karena perlu diluruskan bahwa bahasa Melayu sebenarnya jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Menurut Sugiono dari Pusat Bahasa mengatakan bahwa sebenarnya bahasa Melayu dan bahasa Indonesia hanya memiliki 28,5 % kemiripan. Sekilas memang terdengar sama, tapi sesungguhnya memiliki arti yang jauh berbeda. Seperti contoh yang dikatakan oleh Ibnu Wahyudi ketika sedang di Brunei, “Bapak duduk dimana?”, padahal sedang duduk disebelahnya, ternyata memiliki arti “Bapak tinggal dimana?” dan “Apakah bapak sudah berkelamin?” yang sangat membuat Ibnu Wahyudi sangat terkejut. Bukankah dari lahir kita semua sudah berkelamin? Ternyata artinya adalah “apakah sudah berkeluarga?”. Dan masih banyak kata-kata lainnya yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Bila dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa Melayu yang hanya terdiri dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand tentu saja masih kalah dibandingkan dengan penutur bahasa Indonesia.
Selain berita dari negara Vietnam, masih terdapat beberapa hal yang tidak kita ketahui. Dari catatan Pusat Bahasa, Diknas, diketahui bahwa terdapat 168 institusi, baik formal maupun nonformal, di mancanegara yang telah mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Bahasa Indonesia yang lebih populer di luar negeri dibandingkan bahasa Melayu. Bahkan menurut guru besar Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Dr. Aspar Rahman, ada 40 negara di dunia yang mempelajari bahasa Indonesia di sekolah-sekolah mereka, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dengan demikian, institusi tersebut harus menyertakan nama Indonesia dalam kurikulum mereka dan tidak dapat hanya menyebutkan nama Melayu. Ditambah lagi Barack Obama bisa berbicara bahasa Indonesia yang semakin mengangkat citra bahasa Indonesia di mata dunia.
Yuk, mari kita berkerja-sama menjadikan bahasa Indonesia sebagai lingua franca di Asean. Bukan suatu hal yang mustahil, kan? Apa kita harus mengulang tragedi batik hingga Malaysia mengdeklarasikan bahasa Indonesia sebagai dialek bahasa Melayu? Kita perlu menggalakkan partisipasi seluruh elemen masyarakat untuk menahan ambisi Malaysia dalam menjadikan bahasa internasional. Bahasa Indonesia yang lebih intelek dan lebih pantas dijadikan lingua franca dan bahasa internasional. Apalagi kalau sampai Oxford mulai melirik bahasa Indonesia dan membuat kamus Oxford bahasa Indonesia. Akan menjadi suatu kebanggaan sebagai warga Indonesia bila terwujud. Amin.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.