Indonesia dipuji sebagai International Language, Lagi
Meskipun relatif mudah dipelajari, bahasa Indonesia hanya bisa menjadi bahasa internasional jika speaker sudah kuat ekonomi dan politik pengaruh di dunia, seorang pakar menyatakan pada hari Senin.
M. Umar Muslim, seorang dosen bahasa Indonesia di Universitas Indonesia, mengatakan bahwa daya tarik belajar bahasa asing ini berakar pada pengaruh ekonomi bahwa pembicara itu, mengutip Cina dan Jepang sebagai contoh, bukan karena bahasa sederhana tata bahasa struktur.
"Bahkan jika bahasa-bahasa yang sulit, banyak orang berpikir bahwa mereka perlu belajar bahasa karena Cina, Jepang atau bahkan Korea telah berpengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi," Umar berkata, mengutip dominasi bahasa Inggris sebagai yang paling banyak digunakan bahasa internasional karena pembicara adalah beberapa yang paling berpengaruh di dunia.
Negara kantor berita Antara melaporkan pada hari Sabtu bahwa Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, berbicara di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, mengatakan bahwa Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi bahasa internasional dengan sederhana tata bahasa dan pengucapan sistem dan akibat pergeseran kekuasaan dari Barat ke Timur, termasuk Indonesia.
"Kekuatan pergeseran dapat dirasakan dalam krisis global yang sedang berlangsung dengan pusat gempa di Amerika Serikat, sedangkan pembangunan ekonomi Indonesia terus meningkat," Bambang seperti dikutip, menambahkan bahwa dalam 50 tahun mendatang Indonesia diperkirakan menjadi salah satu 10 top dunia kekuatan ekonomi.
Kepala kementerian Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Dendy Sugono, mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi ke Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, selain dengan tata bahasa yang sederhana sebagaimana telah disebutkan oleh menteri, yaitu sebagai bahasa dengan tertinggi keempat jumlah speaker, termasuk beberapa 225 juta penutur asli dan orang-orang yang telah mengadopsi bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
"Faktor lain adalah abjad Latin, yang membuatnya lebih mudah untuk belajar dibandingkan dengan Cina atau Jepang," Dendy kata.
"Sekarang ada setidaknya 67 negara di dunia yang memiliki bahasa Indonesia dan budaya program studi di perguruan tinggi mereka," Dendy mengatakan, menambahkan bahwa jumlah terbesar dari Indonesia peserta didik sekarang ini terkonsentrasi di Australia, Jepang, Cina dan Korea.
Dia mengatakan bahwa Indonesia adalah mudah untuk belajar karena bahasa itu sendiri telah diadaptasi banyak kata dari bahasa asing untuk ilmu pengetahuan dan teknologi terminologi, 65 persen yang diambil dari bahasa Inggris.
Dendy mengatakan bahwa para pejabat kementerian telah bekerjasama dengan Ain Shams University di Kairo, Mesir, untuk membuka Bahasa Indonesia program studi, dan ada juga telah berbicara untuk membuka program serupa di universitas di Azerbaijan.
"Meningkatnya jumlah pekerja migran Indonesia di berbagai negara bisa membantu untuk menyebarkan penggunaan bahasa di negara-negara lain," kata Dendy.
The Language Center menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 473 bahasa yang berbeda, 206 yang digunakan di provinsi Papua dan Papua Barat.
ingua franca adalah bahasa alternatif yang digunakan untuk berkomunikasi karena kedua penutur tidak saling mengerti bahasa ibu masing-masing.
Dalam Kongres Bahasa Indonesia I dikatakan bahwa bahasa Indonesia sesungguhnya berasal dari Melayu Riau yang sudah ditambah, diubah, atau dikurangi menurut keperluan zaman. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dua hal yang mengejutkan dan mengembirakan bangsa Indonesia ialah pada World Congress on Malay Language di Kuala Lumpur tahun 1995, Zhou Nanjing dari Peking University menyatakan bahwa bahasa Indonesia atau bahasa Melayu berpeluang menjadi bahasa internasional dan ketika Vietnam mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ke-2. Wow! Suatu penghargaan kepada bangsa Indonesia yang sedang terpuruk ini. Selain itu, pada tahun 1997 Russell Ash menuliskan bahwa bahasa Indonesia pemakai ke-9 terbesar di dunia dalam The Top 10 of Everything. Seharusnya kita menjadi lebih menyadari untuk mengembangkan dan menjaga mutu bahasa Indonesia.
Namun sayangnya, penutur asli bahasa Indonesia justru kurang membusungkan dada akan bahasa resmi negaranya. Sepertinya mereka lebih berbesar hati menggunakan bahasa asing atau bahasa gado-gado dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, bukan hanya merupakan tugas bagi pemerintah (Diknas atau Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Budaya dan Pariwisata, Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Pertahanan) untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009, pasal 44. Peran serta masyarakat juga sangat besar. Ibarat suatu produk akan laku keras di pasar bila permintaan konsumen tinggi, dan produsen akan terus mengembangkan produknya untuk menjaga eksistensinya. Begitu pula halnya dengan bahasa yang merupakan produk kata sebagai alat komunikasi. Bila masyarakat terus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, maka mutu bahasa Indonesia akan meningkat.
Bila dibandingkan dengan negara Malaysia, kita masih kurang tindakan konkrit untuk mengembangkan bahasa nasional kita. Dewan Bahasa Melayu di Malaysia telah mengirimkan novel-novelnya ke-40 negara di dunia. Kita belum mampu karena kurangnya dana dan tidak ada kerja-sama antar departemen. Selain itu, pemerintah Malaysia akan mencabut penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk pelajaran matematika dan sains pada tahun 2012 dan mulai mencanangkan gerakan bahasa melayu di setiap pelajarannya. Hal sebaliknya justru terjadi di Indonesia yang berlomba-lomba untuk menjadi sekolah internasional dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Bahkan pemerintah mengeluarkan kebijakan English Day. Bayangkan bila generasi selanjutnya terasing dari budayanya sendiri. Sebenarnya hal tersebut tidak salah, asalkan intensitas pembelajaran bahasa Indonesia sama tingginya dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Jangan heran bila fenomena yang terjadi sekarang nilai ujian bahasa asing lebih tinggi dan menjadi pelajaran favorit karena intensitas yang tidak sebanding. Kalau ada English Day, kenapa tidak membuat Hari Bahasa Indonesia yang baik dan benar? Kalau pegawai negeri wajib memiliki nilai TOEFL kenapa juga tidak diwajibkan memiliki nilai UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia)?
Malaysia berambisi untuk menjadi bahasa internasional. Menurut Staf Ahli Menteri Pendidikan Malaysia bahwa bahasa Melayu berpeluang menjadi bahasa internasional, khususnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Alasannya adalah bahwa jumlah penduduk yang menggunakan bahasa Melayu di ASEAN lebih dari 350 juta orang di dunia. Padahal faktanya ialah lebih dari 95% merupakan penutur bahasa Indonesia. Celaka sekali bahasa Indonesia ditempatkan sebagai salah satu dialek bahasa Melayu sehingga dalam berbagai kesempatan pembicaraan mengenai bahasa internasional selalu tertulis bahasa Melayu/Indonesia. Oleh karena perlu diluruskan bahwa bahasa Melayu sebenarnya jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Menurut Sugiono dari Pusat Bahasa mengatakan bahwa sebenarnya bahasa Melayu dan bahasa Indonesia hanya memiliki 28,5 % kemiripan. Sekilas memang terdengar sama, tapi sesungguhnya memiliki arti yang jauh berbeda. Seperti contoh yang dikatakan oleh Ibnu Wahyudi ketika sedang di Brunei, “Bapak duduk dimana?”, padahal sedang duduk disebelahnya, ternyata memiliki arti “Bapak tinggal dimana?” dan “Apakah bapak sudah berkelamin?” yang sangat membuat Ibnu Wahyudi sangat terkejut. Bukankah dari lahir kita semua sudah berkelamin? Ternyata artinya adalah “apakah sudah berkeluarga?”. Dan masih banyak kata-kata lainnya yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Bila dibandingkan dengan jumlah penutur bahasa Melayu yang hanya terdiri dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand tentu saja masih kalah dibandingkan dengan penutur bahasa Indonesia.
Selain berita dari negara Vietnam, masih terdapat beberapa hal yang tidak kita ketahui. Dari catatan Pusat Bahasa, Diknas, diketahui bahwa terdapat 168 institusi, baik formal maupun nonformal, di mancanegara yang telah mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Bahasa Indonesia yang lebih populer di luar negeri dibandingkan bahasa Melayu. Bahkan menurut guru besar Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Dr. Aspar Rahman, ada 40 negara di dunia yang mempelajari bahasa Indonesia di sekolah-sekolah mereka, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Dengan demikian, institusi tersebut harus menyertakan nama Indonesia dalam kurikulum mereka dan tidak dapat hanya menyebutkan nama Melayu. Ditambah lagi Barack Obama bisa berbicara bahasa Indonesia yang semakin mengangkat citra bahasa Indonesia di mata dunia.
Yuk, mari kita berkerja-sama menjadikan bahasa Indonesia sebagai lingua franca di Asean. Bukan suatu hal yang mustahil, kan? Apa kita harus mengulang tragedi batik hingga Malaysia mengdeklarasikan bahasa Indonesia sebagai dialek bahasa Melayu? Kita perlu menggalakkan partisipasi seluruh elemen masyarakat untuk menahan ambisi Malaysia dalam menjadikan bahasa internasional. Bahasa Indonesia yang lebih intelek dan lebih pantas dijadikan lingua franca dan bahasa internasional. Apalagi kalau sampai Oxford mulai melirik bahasa Indonesia dan membuat kamus Oxford bahasa Indonesia. Akan menjadi suatu kebanggaan sebagai warga Indonesia bila terwujud. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.